Kamis, 18 Desember 2008

SURAT UNTUK TOGAMA

TOGAMA
Rakyat Bumi Gora Membutuhkanmu
Oleh
H. Musa Shofiandy

(Pemerhati Masalah Sosial Kemasyarakatan,
Kandidat Doktor pada Program Pascasarjana UNTAG Surabaya)

Indonesia bersedih……..! itulah ungkapan kata yang kiranya patut disandang Bangsa Indonesia saat ini, dikala sedang menghadapi berbagai musibah dan bencana di berbagai segi kehidupan masyarakat Indonesia yang kita semua tidak tahu pasti kapan akan berakhir, dan hanya DIA Yang Maha Kuasa lah yang tahu ………..
Musibah itu tidak hanya berkaitan dengan bencana alam yang langung dapat dirasakan akibatnya secara fisik, tapi yang lebih parah lagi adalah musibah dan bencana keterpurukan moral bangsa akibat dari tingkah laku berbagai komponen masyarakat, mulai dari Pimpinan yang hanya mengejar kekayaan duniawi, sampai dengan masyarakat kelas bawah, yang hanya semata berbuat penyimpangan dan penyelewengan karena kebutuhan sesuap nasi. Namun aneh tapi nyata, realita aktual menunjukkan bahwa kata “Hukum” yang melekat pada “Indonesia adalah Negara Hukum” hanyalah merupakan simbul pelengkap dalam kalimat “Indonesia adalah Negara Hukum” Hukum di negara kita, benar-benar tidak ditegakkan, masyarakat kecil yang melakukan tindak pidana atau perdata dalam skala kecil terus diburu dan dijerat dengan hukuman berat, sementara para koruptor banyak yang masih berkeliaran menikmati kemewahan hidup dengan bekal harta dan kekayaan rakyat yang dirampasnya secara halus dan kasar. Demikian juga halnya dengan para pejabat yang melakukan Kolusi dan Nepotisme manakala ia memegang kendali dan kewenangan, sama sekali tak tersentuh hukum dunia. Berbagai komentar rakyat tentang hal ini, hanyalah merupakan konsumsi mass media untuk diberitakan ke masyarakat luas, tanpa ada penyelesaian kongkrit. Hal ini adalah merupakan akibat dari tidak adanya kemauan moriel para Pemimpin kita yang memiliki hak dan kewenangan untuk menumpas tuntas masalah korupsi, kolusi dan nepotisme tersebut, tidak adanya realita kebenaran terhadap apa yang diucapkan dan apa yang dilakukan. Keadaan ini rupanya telah membudaya di negeri kita tercinta ini. Sementara para pemuka agama (dalam Islam disebut Ulama) belum menampakkan andilnya dalam memberikan kontribusi kepada Umara (Pemerintah) untuk membasmi berbagai penyakit masyarakat yang sangat membahayakan itu. Padahal peran Ulama dalam masyarakat sangatlah besar, sebagaimana dikemiukakan oleh Nanang Tahqiq dalam bukunya Politik Islam (2004) yang mengatakan : Dalam ajaran Islam ulama memang memiliki kedudukan tinggi dan peran penting dalam kehidupan ummat, karena mereka merupakan pewaris paranabi (al-‘ulama’ waratsah al-anbiya’). Dalam bahasa lain peran ini juga disebut amr ma’ruf nahy munkar, yang riciannya mliputi tugas untuk : (1) menyebarkan dan mempertahankan ajaran-ajaran dan nilai-nilai agama, (2) melakukan kontrol dala masyarakat (social control), (3) memecahkan problem terjadi dalam masyarakat, dan (4) menjadi agent perubahan sosial (agent of social change)………….. Peran ini meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat dan bangsa, baik aspek sosial budaya, politik maupun ekonomi; Demikian menurut Nanang Tahqiq.

Akankah keadaan ini, (merajalelanya korupsi, kolusi dana nepotisme) juga akan kita biarkan hidup berkembang biak di daerah kita Bumi Gora Nusa Tenggara Barat ini ?

Terhadap pertanyaan ini, siapapun masyarakat Bumi Gora, yang akan kita tanya, jawabannya sudah pasti dan wajib akan menjawab “TIDAK” walaupun jawaban itu hanya sebatas pemanis kata yang keluar dari mulut, tidak keluar dari hati nurani yang mendalam.
Adalah saat yang paling tepat saat ini untuk kita berbuat, manakala segenap lapisan masyarakat Bumi Gora akan melakukan pemilihan Kepala Daerah (Gubernur) yang merupakan Pemimpin Formal tertinggi dan terdepan dalam kepemerintahan daerah Provinsi. Walaupun Pilkada Provinsi NTB. itu masih setahun lagi, tapi hingar bingar tentang siapa yang cocok dan pantas untuk memimpin NTB. lima tahun kedepan sudah mulai mendominasi berita di berbagai media. Ulah para elit politik, birokrat dan berbagai komponen masyarakat, telah mulai melempar bola panas tentang berbagai kriteria calon Gubernur/Wakil Gubernur yang Pantas untuk masyarakat Bumi Gora.
Beberapa tokoh agama pun telah terkontaminasi dalam arena politik yang tidak menentu., lebih-lebih lagi para elit politik, berbagai komponen dan lembaga masyarakat seperti LSM ikut ambil bagian meyemarakkan perbincangan tentang Pilgub NTB yang masih setahun lagi ini. Bahkan tidak tanggung-tanggung, ada yang dengan tegas-tegas telah mengklaim bahwa lebih dari 50 persen rakyat Bumi Gora telah dikuasainya dan bisa di arahkan untuk memilih calon yang dikehendakinya. Masya Allah……, dalam hati dan otak kami terlintas pertanyaan, Apa iya…? Apa yang bersangkutan telah dapat membaca iisi hati nurani yang paling dalam dari setiap individu masyarakat Nusa Tenggara Barat ? Sebab realita yang kami lihat dan dengar dari masyarakat kita sekarang ini, tidak usah masyarakat yang berpendidikan tinggi dan punya kedudukan, tapi masyarakat kecil, petani di pelosok desa, para kaum buruh kecil dan pedagang bakulan di pasar, jelas-jelas telah mampu mengatakan “Nani, uah mulai Bapak-Bapak sak mele jari Gubernur nton jok masyarakat jauk oleh-oleh, sumbangan, daet sak lain-lain, laguk nani jak… ape-ape sak te beng te, tebait doang pire-pire, kance ape-ape ruenn, laguk lemak papah te sak milik jak, mbe jak angente” ungkapnya dalam bahasa Sasak kesehariannya. (Artinya : Sekarang sudah mulai Bapak-Bapak yang mau jadi Gubernur, turun ke masyarakat bawa oleh-oleh, sumbangan dan lain-lainnya, tapi sekarang ini, apa saja yang diberikan, kita ambil saja, berapa saja dan apa saja bentuknya, tapi nanti pada saat pemilihan, mana yang sesuai dengan hati nurani kita).
Secara sadar, keadaan ini dapat kita katakan bahwa masyarakat kita juga telah terjangkit penyakit moral yang dapat membahayakan kehidupan bermasyarakat, namun kita tidak dapat memastikan, siapa yang salah dalam hal ini, dan kita juga tidak bisa memastikan bahwa tindakan dan perbuatan itu masuk tindak pidana/ perdata atau tidak, dapat dituntut atau tidak,….. Wallaahu ‘alam Bissawab… karena realita pelaksanaan hukum di negara kita ini masih amburadul.

Dalam renungan kegelisahan itu, dan terdorong keinginan untuk bisa mendapatkan Pemimpin Bumi Gora yang betul-betul Pemimpin Yang Benar, dan berpihak pada masyarakat banyak, terlintas pemikiran kami, kenapa kita tidak memerankan Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat ( TOGAMA ) ? karena kita maklumi bersama bahwa masyarakat kita di Nusa Tenggara Barat ini, amat taat pada Tokoh Agama (Tuan Guru) dan tokoh Masyarakat yang dapat dijadikan panutan. Kalau TOGAMA yang mereka kagumi itu mengatakan pilih si A, maka ia akan pilih A, pilih B, maka ia akan pilih si B. tanpa ada keterikatan dengan apa yang telah ia terima (ambil) dari calon lainnya. Tapi yang sulit kita temukan sekarang ini adalah TOGAMA yang betul-betul TOGAMA, tidak atau belum terkontaminasi plotik praktis.
Dalam suatu kesempatan, kami konsultasi dengan beberapa orang TOGA (Tokoh Agama/Tuan Guru) di Lombok, tentang keinginan kami untuk dapat melahirkan Pemimpin Formal (Gubernur, Bupati/Walikota) yang Benar dan berpihak pada masyarakat banyak, yakni dengan mengumpulkan semua TOGAMA yang ada di Bumi Gora ini, untuk menyatu dalam satu kesatuan guna mewujudkan kebersamaan hati yang tulus ikhlas demi kepentingan masyarakat banyak, lalu para TOGAMA itu melakukan Sholat Istiharah bagi pemeluk Agama Islam dan cara lain bagi pemeluk agama lainnya. Sholat Istiharah itu hendaknya dilakukan dengan baik dan benar serta betul-betul khusyu’ memohon keridhoan Allah SWT agar menunjukkan jalan yang lurus dan benar, siapa kira-kira sosok individu masyarakat Bumi Gora yang di ridhoi-Nya untuk menjadi pemimpin (Gubernur,Bupati/Walikota). Hasil istiharah itu lalu dimusyawarahkan/ dipadukan dengan hasil Istiharah TOGAMA yang lain. (Insya Allah, kalau niat Sholat Istiharah itu, dilakukan dengan niat baik, ikhlas dan tulus serta dengan mengikuti kaidah-kaidah agama, hasil yang akan didapatkan oleh para TOGAMA itu tidak akan jauh beda).
Dari hasil kesepakatan berdasarkan hasil Istiharah itu, lalu para TOGAMA mengundang Calon yang masuk dalam kesepakatan itu, untuk diminta kesanggupannya bila nantinya terpilih, untuk membuat perjanjian moral, yakni sanggup untuk menjadi Pemimpin Yang Benar, berpihak pada masyarakat banyak, jika tidak maka si calon bersedia dan sanggup untuk dilengserkan. Dengan demikian, maka nantinya dalam melaksanakan kepemimpinannya, yang bersangkutan akan tetap dipantau oleh para TOGAMA tadi. Ini berarti pula, bahwa peran dan kerjasama Ulama dan Umara akan terjalin dengan baik, dan terlaksana/terwujudlah peran Ulama sebagaimana yang dikatakan oleh Nanang Tahqiq di atas.

Niat ikhlas kami tersebut direspon positif oleh beberapa TOGAMA, namun dari beberapa TOGA (Tokoh Agama) Ulama/Tuan Guru ada yang mengatakan ; Niat itu sungguh baik dan perlu ditindaklanjuti, tapi apa ia semua Tuan Guru, khususnya yang ada di Lombok ini memiliki hati dan pikiran seperti itu, karena sekarang ini jarang kita temukan Tuan Guru yang betul-betul memperhatikan kemaslahatan ummat, padahal saat ini di masing-masing Desa bahkan Dusun kita temukan ada Tuan Guru, tapi kenapa justru kemaksiatan merajalela di seluruh pelosok Kota dan Desa ? Kalau benar-benar para Tuan Guru itu menyadari akan keberadaannya sebagai Tuan Guru, yakni Tokoh Agama (Islam) yang harus menjalankan segala perintah Allah dan Rasul Allah, maka tidak akan terjadi kondisi seperti sekarang ini, ungkap beberapa TOGA meyakinkan. Salah seorang Tuan Guru, malah mengatakan, sekarang ini ada beberapa Tuan Guru yanag justru diperalat oleh Pejabat Pemerintah untuk maksud dan tujuan yang kurang baik, terjerumus dalam dunia politik yang serba tidak menentu, tidak ada pembatas antara yang hak dengan yang bathil, antara yang benar dan salah, dan ia tidak sadar bahwa hal itu justru akan menjerumuskan dirinya, ungkapnya.

Masya Allah…………, sejauh itukah keadaan sebagian Tuan Guru kita yang semestinya menjadi panutan masyarakat ?

Kalau kita fikir dan renungkan secara mendalam, apa yang dikatakan oleh beberapa TOGAMA itu memang ada benarnya, buktinya berbagai kesesatan,khurafat, perilaku tercela, tersebarnya kezaliman, riba, zina, kecurangan, penipuan, ghibah, adu domba, hasad, kekejian, kebohoingan dan penghianatan telah merebak sedemikian rupa di negara kita Indonesia tercintaini termasuk di daerah kita Nusa Tenggara Barat ini. Fenomena kehidupan kita umumnya telah begitu jauh dari ajaran agama. Akibat dari itu semua,kita pun terjebak dalam kerendahan,kelemahan, keterpecahan, kebimbangan dan berbagai penyakit lainnya. Padahal Allah SWT telah berfirman dalam QS. Al-Hasyir:19 yang artinya : “Dan janganlah kalian menjadi seperti orang-orang yang melupakan Allah, maka Allah pun membuat merekaa melupakan diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yangfasik”.

Atas dasar hal di atas, maka betapa perlunya kita untuk melihat kembai diri kita dan melakukan introspeksi yang sangat ketat terhadap diri kita ditengah keadaan yang serba rusak ini, sebab tidak ada keselamatan bagi kita dari kejahatan dan kehancuran kecuali dengan merasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala serta dengan selalu menghadirkan pengawasan-Nya.

Disinilah letak tugas, fungsi dan kewajiban dari para Tokoh Agama, Aim Ulama dan Tuan Guru kita, untuk memberikan pencerahan hati dan jiwa kepada ummat manusia yang memang memiliki tabiat selalu dan selalu mlakukan kesalahan, sebagaimana Sabda Rasulullah Muhammad SAW, yang artinya : “Setiap anak cucu Adam itu selalu melakuka kesalahan, dan sebaik-baik orang yang sing mlakukan kesalahan adalah mereka yang bertaubat”.

Kebanyakan kita lupa dengan berbagai kesenangan dan kenikmatan hidup yang kita peroleh, bahwa hal itu adalah merupakan cobaan dan ujian dari Yang Maha Kuasa, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-An’am:44-45, yang artinya : “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada amereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka ; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dngan sekonyong-konyong, maka aketika itu mereka terdiam berputus asa. Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”.
Rasulullah Muhammad SAW, juga bersabda : “Jika Allah menghendaki kebinasaan suatu kaum, maka Allah akan membukakan untuk mereka pintu kemurahan-Nya, hingga akhirnya ketika mereka begitu bergebira dnga karunia itu, tiba-tiba Allah merenggutnya hingga mereka tidak lagi memiliki harapan terhadap kebaikan”

Atas dasar hal-hal di atas ini, maka sebelum tanah air kita Bumi Gora Nusa Tenggara Barat ini, mengalami dan menerima azab Allah SWT sebagaimana halnya daerah-daerah lainnya, maka melalui kesempatan ini kami berharap kepada TOGA yang ada di Bumi Gora Nua Tenggara Barat ini untuk berfikir dan merenung akan tugas dan kewajiban untuk membina dan membimbing ummat manusia kejalan urus, jalan yang di ridhoi Allah SWT.
Nanang Tahqiq (2004) mengatakan : “Dalam ajaran Islam, ulama memang memiliki kedudukan tinggi dan peran penting dalam kehidupan umat, karena mereka merupakan pewaris para nabi (al-‘ulama’ waratsah al-anbiya’ ) Secara garis besar peran ini berupa tugas pencerahan bagi umat”.

Sebagaiman telah disebutkan di muka bahwa. TOGAMA, khususnya para Tuan Guru di Bumi Gora tercinta ini, memiliki peran yanag sangat penting dan menentukan, sebab pemerintahan di negara kita ini, benar-benar telah menempatkan rakyat sebagai pemegang kendali, dengan diberlakukannya sistem pemilihan (Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota) di seluruh persada tanah air Indonesia secara laangsung oleh rakyat. Dengan sistem ini, masyarakat Bumi Gora Nusa Tenggara Barat, yang masih sangat taat dan patuh kepada TOGAMA, malah lebih patuh dan taat dari pada ketaatannya kepada pmimpin formal yang ada di daerahnya. Umunya, apa yang dikatakan oleh Pemimpin Agama sebagai panutannya, maka masyarakat tidak akan pernah mengingkarinya. Atas dasar realita ini, maka sebenarnya daerah kita, para pejabat kita, pemerintahan kita serta masyarakat kita tidak akan pernah terjerumus kedalam jurang kesesatan, jika saja semua Ulama (Tuan Guru)yang ada di daerah kita ini, benar-benar menjadi Ulama (Tuan Guru) sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an maupun Hadits, ulama adalah mereka yang memiliki ilmu pengetahuan (ilmuwan) serta bertaqwa kepada Allah (innama yakhsya Allah min ibadih al-‘ulama’; QS.Fathir/35;28).

Para Ulama dan tuan Guru kami di Bumi Gora tercinta…………………
Daerah kita saat ini, telah dan sedang mengalami berbagai krisis, mulai dari krisis moral dan krisis di berbagai sendi kehidupan masyarakatnya, para pejabat pemerintahan lebih banyak mengutamakan kepentingan dunia, kepentingan kelompok dan kepentingan pribadinya, jarang ada yang berfikir dan berbuat untuk kepentnga keseluruhan masyarakat Bumi Gora, walaupun kata yang keluar dari mulut, apa yang dilakukan hanya semata untuk kepentingan masyarakat banyak, tapi dalam kenyatannya, bisa kita lihat dan buktian sendiri. Kebanyakan mereka telah pandai dan cekatan dalam merangka kata pembenar yang sebenarnya tidak benar, Sadarkanlah masyarakatmu……… wahai…… para Tuan Gruuku……………. Jangan biarkan kami dan mereka terlarut dalam rangkulan kehidupan syetan yang menyesatkan, karena azab yang nantinya akan ditimpakan kepada kami dan kepada mereka, justru akan dialami dan dirasakan pula oleh masyarakat fakir miskin, yatim piatu yang tidak berdosa, sebagaimana halnya yang terjadi di daerah lainnya di Inonesia……………………..
Para Ulama dan Tuan Guru kami di Bumi Gora tercinta
Jangan engkau terlena dalam tidurmu, dan atau terdiam membisu melihat dan menyaksikan penderitaan rakyat, karena ulah para elit politik dan elit birokrat yang sudah sangat menyimpang dari ajaran Ilahi Robbi…….
Jangan biarkan dirimu terbuai dalam kancah permainan dunia singgahan kita sementara ini dalam iming-iming permainan para elit yang mempermainkanmu dan malah membuatmu jadi main-mainan, karena akibatnya nanti akan menjadi mainan masyarakat banyak………
Jangan biarkan para pemimpin kami, hanyut dalam permainan kesesatan dunia dan melupakan kematian yang setiap saat akan menjemputnya……
Jangan biarkan kami dan masyarakatmu di Bumi Gora ini tertidur dan tertipu dengan permainan mereka dan permainan dunia lainnya yang menyesatkan……………
Dalam QS. Al-Hadid : 20, Allah berfirman : Kethuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan daan suatu yang melalaikan,perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudiaantanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudiana menjadi hancur. Dan di akherat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan keidupan dunia ini tidk lain hanyalah kesenangan yang menipu”.

Seorang penyair Islam, mengatakan :
“Berlalulah siang dan malam sementara dosa terus terjadi,
Utusan pencabut nyawa pun datang sementara hati masih lalai,
Nikmatmu di dunia adalah ketertipuan dan kesedihan,
Abadimu di dunia adalah mustahil dan tidak mungkin”

Sadar, dan bersatulah serta satukanlah kami dalam satu kesatuan hati, pikiran dan jiwa yang utuh……dengan mengharap Ridho dan Rakhmat Allah Sang Pencipta dan Penguasa Jagad raya Dunia wal Aakhirah……… Kembalilah kepada hittahmu, sebagai pewaris para Nabi dan Rasul Allah yang bertindak sebagai pengayom, pembimbing, pembina, dan penyejuk iman dan akhlak ummat…………….

Masyarakat Bumi Gora Nusa Tenggara Barat, menanti realisasi tanggung jawabmu sebagai pemimpin ummat beragama………………….

Masyarakat Bumi Gora Nusa Tenggara Barat, membangunkan ketertiduranmu untuk bersama-sama berupaya dijalan Allah dalam memilih dan menghadirkan kepada kami Sosok Pemimpin (Gubernur, Bupati/Walikota) yang selalu ingat kematian………… karena seseorang yang selalu ingat kematiannya, Insya Allah adalah orang yang dekat dengan-Nya. Amien,………………………………………..


Mataram, 23 April 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar